Header Ads

The Ride #8: Fear of the Unknown

Bosan dengan keramaian dan kerusuhan pengguna jalan di perkotaan, saya memutuskan untuk melewati jalur tengah, yaitu pegunungan, yang mana udara sejuk, jalan sepi, berkelok, naik-turun, sesuatu yang mengerikan pun akan terjadi. Bukan nyasar ke pasar ghoib, ya! Salah satu kesukaan saya motoran melewati jalan yang asing, atau tidak pernah dilalui. Kadang menemukan hal baru, atau malah nyasar lalu putar balik. Sebaiknya ini dilakukan dengan tangki bensin terisi penuh, bahaya kalau jarum di indikator E, nyasar sudah jauh mau putar balik tidak sampai untuk ngejar ke SPBU.


Tikungan

Jalan di pegunungan tidak pernah lurus, tapi berkelok, ini yang disukai rider yaitu cornering, miring-miring, tapi bagi saya pribadi mengedepankan efisiensi dengan pergerakan yang minim, tanpa dengkul nyentuh aspal juga bisa cornering. Tikungan di area ini bermacam-macam, ada tikungan ringan, tikungan panjang, ada juga yang bentuk hairpin, dan tikungan dilanjut tikungan lain. Tapi yang perlu diperhatikan adalah perhatikan gambar berikut:

tikungan alas roban jalur tengah, kab. batang

Pada tikungan umumnya di dataran tinggi akan menemui penampakan yang dilingkari merah dan kuning. Bagi yang tahu itu seremnya di situ, yang ga tahu ya nekat terobos aja. rambu kuning (chevron) ini artinya waspada, bukan kemana arah tikungan seperti di game balap. Maksudnya tikungan ini bisa tajam, atau berakhir dengan tikungan lagi, atau tikungan tidak rata (belok-lurus-belok). Jadi jangan coba-coba untuk ngebut atau nyalip kendaraan di depan, ditandai juga dengan marka garis utuh. Sedangkan patok reflektif warna merah/putih artinya batas pinggir jalan bersama dengan pagar besi (lingkar biru). ketiganya memandu pengguna jalan agar tidak terjun bebas.

tikungan terbuka terlihat keindahan alam

Tikungan ada dua jenis, tikungan terbuka maksudnya kita bisa lihat ujung dari tikungan tersebut. Sedangkan tikungan tertutup (blind corner) tikungan yang ujungnya tidak kelihatan karena tertutup pepohonan, tebing, atau bangunan. Banyak sekali yang celaka karena menyepelekan demi dengkul nempel ke aspal, atau saat macet malah pindah ke jalur lawan arah walaupun di depannya pandangan terhalang.

bahayanya blind corner

Banyak sekali orang yang menyepelekan soal tikungan di area yang mereka tidak ketahui, atau kasarnya "ngeyel", tanpa mempertimbangkan akibat dari perbuatan. Saat terjadi kecelakan saling menyalahkan dan lebih parahnya lagi warga dimensi lain dijadikan kambing hitam.

Tanjakan

Namanya juga dari dataran rendah pergi ke pegunungan ya jelas tidak bisa menolak jalan tanjakan. Ini tantangan semua rider yang belum pernah ke pegunungan. Berbeda dengan naik ke jembatan yang mana jaraknya singkat. Di area ini tanjakan bisa panjang. Baik motor manual atau matic, jika rider tidak pandai mengendalikannya, gaspoll sampai meraung tapi jalannya pelan, atau tidak kuat malah jalan mundur kebelakang.

tanjakan dari bawah terlihat jalan naik ke langit

Menghadapi jalan tanjakan butuh perhitungan, tidak bisa asal gas. Jika sebelum nanjak posisi gas konstan tidak mau ditambah, katakanlah tetap 40kmh, maka semakin ke atas, kecepatan semaking berkurang, atau malah tidak kuat. Ini bahaya bisa mundur kebelakang untuk matic, sedangkan manual mesin akan mati. Seandainya saat itu menarik gas lebih dalam juga mesin tidak akan kuat.

Cara sederhana adalah mengikuti tanjakan, semakin keatas semakin dalam tarikan gas. ini sama seperti akselerasi dari posisi diam. Tapi, saat diujung tanjakan harus mengurangi kecepatan karena kalau tidak akan terbang. jika dilakukan dengan tepat maka dari posisi bawah sampai ke atas, kecepatan dan tenaga akan konstan.

Banyak orang yang mengira bahwa motornya tidak kuat nanjak padahal perlakuannya saja yang salah. Sedangkan dari pabrikan tentu sudah mempertimbangkan hal ini. Namun namanya manusia pasti ada usilnya yang mengubah motor bagian ini dan itu, yang berakibat menghilangkan kemampuan motor tersebut.

saat menanjak terlihat jalan terputus

Satu hal yang sering diabaikan oleh pengguna jalan adalah melewati marka garis utuh untuk menyalip, ini berbahaya karena tidak tahu ada apa di balik tanjakan tersebut.


Turunan

Setelah melewati tanjakan pasti ada turunan. Ini yang selalu diributkan para rider, terutama matic, karena dibilang tidak ada engine brake. Malu lah… disalip orang naik sepeda di turunan. Tidak ada yang menakutkan sebenarnya, masalah di turunan ini hanyalah pada perlakuan pada rem. Umumnya orang tidak siap turun, dengan tidak mengurangi kecepatan dari atas turunan. Ketika ditengah turunan motor berakselerasi dengan cepat (seperti gaspol), ditambah efek gravitas, dan kepanikan memperparah keadaan. Reaksinya menarik rem secara terus-menerus untuk menjaga kecepatan agar stabil. Pada video berikut menjawab kenapa rem tidak boleh digunakan untuk menahan laju agar kecepatan stabil? 

Sebenarnya hanya cukup mengerem seperti akan berhenti di lampu merah. Misalnya dari kecepatan 40kmh, melaju di turunan sampai 60kmh (ada rasa ngeri), disitulah rem ditarik secara perlahan sampai kecepatan turun kembali 40km, lalu lepas rem perlahan, dan biarkan berakselerasi lagi tanpa digas. Tinggal ulangi lagi cara tersebut sampai di jalan datar.

turunan terlihat begitu curam dari atas

Begitu juga turunan diikuti dengan turunan lagi atau tikungan. Beri jarak sekian meter untuk rem sebelum menikung. Teknik ini mirip pembalap yang akan nikung di sirkuit. Orang bablas terjun bebas karena rem sudah ditekan sejak di atas turunan, saat di tengah jalan rem sudah blong. Saat rem ditarik kampas yang mengapit dan bergesekan akan panas, kalau sudah panas berlebih maka akan blong. Agar tidak blong rem harus dilepas agar terkena terpaan angin sehingga temperatur cepat turun, tanpa disiram air.

Sudut pandang merubah segalanya

Melihat tanjakan dari kejauhan "kok serem ya?" seperti menjulang tegak ke langit. Melihat turunan dari atas juga ngeri "kok curam sekali" sampai merinding. Perasaan ini muncul disebabkan oleh mata yang melihat lurus ke depan saat posisi berdiri di tempat datar. Berbeda saat di tanjakan mata melihat ke atas ke ujung tanjakan, dan saat di turunan mata melihat ke ujung turunan, sehingga perasaan seperti ini tidak ada. Ilusi yang sama saat melewati anak tangga.


Perhatikan contoh gambar diatas pada gambar kiri, saat melihat ke bawah terlihat curam karena melihat semua yang di depan. Sedangkan gambar sebelah kanan ketika mata fokus hanya melihat anak tangga perasaan curam tersebut hilang. Kesimpulannya adalah ini semua tergantung sudut pandang rider melihat dan menyikapi sebuah masalah.

Saya mau beri contoh nyatanya sialnya saya lupa lokasi yang pernah saya temui, jadi contoh kali ini dari luar negeri, kurang lebih sama. di jalan Baldwin, di Dunedin, New Zealand. perhatikan foto berikut:


foto di atas sebelah kiri pemandangan dari bawah tanjakan, tapi foto kanan saat berada di tanjakan tidak ada bedanya dengan saat berada di jalan datar. Begitu juga dengan turunan, dari atas terlihat curam (kiri) tapi saat menuruni jalan tersebut terasa biasa saja (kanan).


Masih tidak percaya? ini contoh lain jembatan eshima ohashi di Jepang, terlihat begitu tegak, tapi kok mobil bisa melewati jembatan tersebut? bahkan sepeda pun bisa!

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.