The Ride #8: Fear of the Unknown
Jalan di pegunungan tidak pernah lurus, tapi berkelok, ini yang disukai rider yaitu cornering, miring-miring, tapi bagi saya pribadi mengedepankan efisiensi dengan pergerakan yang minim, tanpa dengkul nyentuh aspal juga bisa cornering. Tikungan di area ini bermacam-macam, ada tikungan ringan, tikungan panjang, ada juga yang bentuk hairpin, dan tikungan dilanjut tikungan lain. Tapi yang perlu diperhatikan adalah perhatikan gambar berikut:
![]() |
tikungan alas roban jalur tengah, kab. batang |
Pada tikungan umumnya di dataran tinggi akan menemui penampakan yang dilingkari merah dan kuning. Bagi yang tahu itu seremnya di situ, yang ga tahu ya nekat terobos aja. rambu kuning (chevron) ini artinya waspada, bukan kemana arah tikungan seperti di game balap. Maksudnya tikungan ini bisa tajam, atau berakhir dengan tikungan lagi, atau tikungan tidak rata (belok-lurus-belok). Jadi jangan coba-coba untuk ngebut atau nyalip kendaraan di depan, ditandai juga dengan marka garis utuh. Sedangkan patok reflektif warna merah/putih artinya batas pinggir jalan bersama dengan pagar besi (lingkar biru). ketiganya memandu pengguna jalan agar tidak terjun bebas.
tikungan terbuka terlihat keindahan alam |
Tikungan ada dua jenis, tikungan terbuka maksudnya kita bisa lihat ujung dari tikungan tersebut. Sedangkan tikungan tertutup (blind corner) tikungan yang ujungnya tidak kelihatan karena tertutup pepohonan, tebing, atau bangunan. Banyak sekali yang celaka karena menyepelekan demi dengkul nempel ke aspal, atau saat macet malah pindah ke jalur lawan arah walaupun di depannya pandangan terhalang.
![]() |
bahayanya blind corner |
Banyak sekali orang yang menyepelekan soal tikungan di area yang mereka tidak ketahui, atau kasarnya "ngeyel", tanpa mempertimbangkan akibat dari perbuatan. Saat terjadi kecelakan saling menyalahkan dan lebih parahnya lagi warga dimensi lain dijadikan kambing hitam.
Tanjakan
Namanya juga dari dataran rendah pergi ke pegunungan ya jelas tidak bisa menolak jalan tanjakan. Ini tantangan semua rider yang belum pernah ke pegunungan. Berbeda dengan naik ke jembatan yang mana jaraknya singkat. Di area ini tanjakan bisa panjang. Baik motor manual atau matic, jika rider tidak pandai mengendalikannya, gaspoll sampai meraung tapi jalannya pelan, atau tidak kuat malah jalan mundur kebelakang.
tanjakan dari bawah terlihat jalan naik ke langit |
saat menanjak terlihat jalan terputus |
Satu hal yang sering diabaikan oleh pengguna jalan adalah melewati marka garis utuh untuk menyalip, ini berbahaya karena tidak tahu ada apa di balik tanjakan tersebut.
Turunan
Setelah melewati tanjakan pasti ada turunan. Ini yang selalu diributkan para rider, terutama matic, karena dibilang tidak ada engine brake. Malu lah… disalip orang naik sepeda di turunan. Tidak ada yang menakutkan sebenarnya, masalah di turunan ini hanyalah pada perlakuan pada rem. Umumnya orang tidak siap turun, dengan tidak mengurangi kecepatan dari atas turunan. Ketika ditengah turunan motor berakselerasi dengan cepat (seperti gaspol), ditambah efek gravitas, dan kepanikan memperparah keadaan. Reaksinya menarik rem secara terus-menerus untuk menjaga kecepatan agar stabil. Pada video berikut menjawab kenapa rem tidak boleh digunakan untuk menahan laju agar kecepatan stabil?
Sebenarnya hanya cukup mengerem seperti akan berhenti di lampu merah. Misalnya dari kecepatan 40kmh, melaju di turunan sampai 60kmh (ada rasa ngeri), disitulah rem ditarik secara perlahan sampai kecepatan turun kembali 40km, lalu lepas rem perlahan, dan biarkan berakselerasi lagi tanpa digas. Tinggal ulangi lagi cara tersebut sampai di jalan datar.
turunan terlihat begitu curam dari atas |
Post a Comment