The Ride #7: City Riding
Riding diperkotaan adalah sesuatu yang saya pribadi tidak sukai. Dalam kota saya lebih milih jalan kaki dari pada mengendarai motor. Satu hal yang saya tidak sukai adalah kemacetan, baik siang atau malam. Riding diperkotaan lebih nikmat ketika jalan sepi lalu lintas tidak padat, seperti pada hari raya idul fitr dimana orang-orang sudah berkumpul di kampung, atau saat lockdown covid kemarin.
Tetapi tidak bisa menghidar jika rute yang dilalui harus menempuh perkotaan. Waktu itu saya sedang ada acara ke SAMSAT untuk pengurusan kepemilikan motor Pulsar 135LS yang saya beli akhir tahun 2020. Dari Kab. Pekalongan ke kab. Tegal. Sebenarnya yang namanya perkotaan tidak jauh beda dengan lain, yaitu kesibukan warganya yang memenuhi jalan raya. Sebab sepeda motor sudah menjadi mayoritas pengguna jalan. Dalam pengalaman sederhana ini saya akan sampaikan poin penting dalam berkendara di perkotaan.
Dalam kota ada 3 bagian penting yang harus diketahui:
1. Kawasan Pemukiman
Rute alternatif adalah lewat perumahan, atau pedesaan. Ada aturan main yang harus ditaati ketika masuk area ini. Jangan mengganggu penduduk sekitar dengan suara kendaran yang berisik (knalpot racing). atau berjalan di atas kecepatan 30kmh. Jika tidak, siap-siap dibenci warga sekitar, beruntung jika hanya dimaki belum sampai kontak fisik. Ini perlunya berperilaku yang baik dan menghargai antar sesama. Di area ini banyak orang lalu lalang, sekolahan, warung, hewan peliharaan, polisi tidur tanpa aturan, jalan berlubang, parkir sembarangan, banyak sekali rintangannya. ini kenapa aturan kecepatan dibawah 30kmh.
2. Pusat Perbelanjaan
3. Jalan Raya
Pandai baca rambu adalah kunci suksesnya di jalan. Hijau adalah rambu navigasi, Biru rambu perintah, kuning rambu peringatan, merah rambu larangan. Jangan sampai Rider salah jalur yang akhirnya masuk jalur toll. Menariknya rambu ini kadang tidak dirawat oleh petugas jalan. Rambu tersebut bisa saja letaknya terlalu jauh dari pinggi jalan, hilang hebagian, tulisannya tidak jelas, tertutup plang toko atau pohon, dsb. Rambu ini menjadi pengingat dimana dan kemana tujuan perjalanan anda.
Ketika salah mengambil jalan di persimpangan, jangan langsung putar balik! Putar balik akan menghambat lalu lintas di belakang, membuat pengendara lain jengkel dengan ulah anda, selain itu bisa memicu kecelakaan jika ada pengendara yang tidak awas. Ambil sikap belok dipersimpangan selanjutnya atau sampai bertemu rambu putar balik lagi, dan kembali menuju ke rute utama. Kecuali di bundaran, anda bisa melakukan putaran sampai kembali ke arah jalan yang dituju. Intinya ikuti arus lalu lintas.
Mengikuti arus lalu lintas adalah cara yang tepat agar bertahan dalam perjalanan. Maksudnya adalah ketika kendaraan lain melaju dengan kecepatan, katakanlah 60kmh, maka Rider harus demikian, tidak lebih dan tidak kurang. Maksudnya jika terlalu lambat dari itu akan menghambat lalu lintas dibelakang, terlalu cepat akan membahayakan diri dan pengguna jalan lain. Bersikaplah seperti orang pada umumnya, tapi bukan berarti ikut melanggar aturan lalu lintas.
Menjaga sopan-santut, sikap dan perilaku yang baik adalah hal yang tidak boleh dilupakan. Sebab Rider berada dilingkungan banyak orang. Terutama di kota orang lain, karena tidak dikenal di sini, melainkan sebagai tamu. Semakin aneh, semakin menyimpang dari normalnya masyarakat sekitar membuat anda dibenci. Maka hal tersebut harus dijaga agar anda disegani oleh masyarakat. Ini perlu dilatih sejak dini, dalam kota sendiri. Karena ini masuk pada mental atau kebiasaan individu tersebut, itu tidak bisa didapatkan secara instant. Ingat jika perilaku anda yang jelek sudah dimaklumi di kota sendiri, belum tentu diterima di kota orang, atau malah sangat dibenci, jangan perlakukan sama! Ingat juga karena kelakuan satu indvidu masyarakat bisa mencap bahwa orang asal kota itu kelakuannya baik atau jelek. Dengan kata lain perilaku anda mewakili semua orang di kota asal anda sendiri.
Agar tidak tersesat di kota orang hal yang biasa dilakukan umumnya adalah tanya orang. Tapi tidak semua orang di sana merupakan penduduk asli, bisa saja pendatang, atau hanya orang lewat seperti anda sendiri. Untuk itu perlu yang namanya ancer-ancer (landmark), semisalnya tempat yang sudah terkenal, seperti pasar, masjid agung, alun-alun, supermarket, tugu, warung yang sudah terkenal, stasiun, terminal, dsb. Jadikan itu sebagai patokan rute, jika tidak menemui ancer-ancer maka tanyakan lokasinya. Mungkin dipikir agak aneh kalau jaman sekarang sudah ada gps atau google maps. Tapi kenyataannya beberapa lokasi seperti yang ditampilkan oleh streetview tidak update. Hal tersebut sempat membuat saya sempat kebingungan, karena foto dengan aslinya sudah ada perubahan yang besar, seperti jalanan yang sekarang rusak parah, atau ternyata sudah diperbaiki.
Masih di poin yang sama, di jalan raya anda akan menemukan banyak karakter pengguna jalan yang bermacam-macam. Jangan sekali-kali menganggap kelakuan mereka sama dengan apa yang anda alami di kota sendiri. Observasi adalah hal yang selalu saya lakukan dan itu membutuhkan waktu. Sudah banyak cerita tentang orang sein kiri belok kanan, keluar-masuk jalan tanpa lihat kondisi, berhenti mendadak, parkir sembarangan, dsb. Untuk itu diperlukan jarak aman antar kendaraan untuk melakukan observasi. Rider harus tahu kendaraan disekitarnya itu bermaksud bagaimana, berhasil memprediksi kelakuan pengguna jalan lain merupakan sebuah keuntungan yang besar untuk bertahan di jalanan perkotaan. Ini lebih baik dari pada mengandalkan ego, selap-selip dijalanan. Karena setiap perjalanan fokus utamananya itu sampai ditujuan dengan selamat.
Post a Comment