Cerita dua tahun lalu dari posting artikel ini, saya angkat kembali untuk di teliti. Ini kedua kalinya saya mengalami kecelakaan, bukan dengan motor yang sama, kali ini Yamaha Xeon RC. Masih ingat waktu itu sehabis pulang kerja, di malam takbiran idul adha. Jalan yang dilewati tidaklah ramai. Menerpa angin yang cukup dingin membuat saya menambah laju sepeda motor.
Memasuki daerah yang saya selalu ingat untuk berhati-hati, karena jalan yang rusak parah hampir satu lajur, dengan jalan satu jalur dua lajur. Dan lama sekali atau lamban reaksi dari pengelola jalan untuk membenahi jalan ini. Apalagi jalan yang rusak ini cukup panjang hampir sampai dua desa. Entah kenapa, ya... jalan ini selalu saja rusak, tiap kali ditambal, diaspal lagi, rusak lagi. Terutama saat musim hujan, benar-benar harus extra hati-hati. Nah, seperti ini TKPnya:
Kondisi jalan rusak. Hampir satu lajur, lajur sebelah ada saja pengendara. Keadaan jalan cukup terang, dan aspal rusak bisa dilihat dengan jelas. Lubang tidaklah terlalu dalam, rasanya seperti melewati deretan polisi tidur. Lingkungan jalan sepi warga.
Korban
Saya sadar, di depan ada jalan yang rusak, saya hapal betul karena sering saya lalui. Beberapa kali menerjang aspal rusak ini dapat selamat, tapi tidak kali ini.
Posisi saya terjepit. Belakang ada pemotor dengan jarak yang cukup dekat, tidak bisa melakukan rem darurat. Sebelah kiri ada pepohonan dengan jalan tanah berkerikil, tidak bisa saya lalui karena kondisi ban yang sudah aus, beberapa meter dari pohon ada parit. Sebelah kanan ada orang yang menyalip pemotor di belakang dan saya. Di depan ada pemotor dengan motor tua, yang lajunya tidak bisa cepat.
Melihat pemotor di depan menghindari jalan rusak dengan berpindah ke lajur kanan. Tidak bisa ikut pindah ke jalur kanan karena di kanan ada pemotor yang sedang menyalip saya. Posisi seperti ini pikir saya positif dapat menerjang jalan rusak ini dengan sedikit rem dan kecepatan 40kmh, seperti sebelumnya. Tetapi kenyataan berkata lain.
Teknik MTB saat melewati jalan terjal kali ini gagal. Disaat yang bersamaan saya bingung. Akhirnya bagian belakang motor melontarkan saya, dan bagian sien kanan depan menghantam aspal dengan keras. Rasanya seperti terpental dan bagian depan mendarat duluan, jadi bukan terseret inersia.
Beberapa warga sempat berdatangan karena akibat suara motor sleding di jalan. Di tepi jalan yang kurang pencahayaan, saya ambil nafas dan cek kondisi saya sendiri. Masih dalam keadaan sadar ternyata saya terseret sejauh sekitar belasan meteran. Dengan luka ringan, dan parahnya kaki kanan yang terjepit knalpot dan terparut aspal. Sarung tangan saya sempat hilang satu, jadi tidak dipakai, akhirnya telapak tangan kulit mengelupas. Selain itu hanya memar. Tidak merasakan sakit, karena andrenalin yang masih aktif. Bahkan saat perjalanan pulang. Besok harinya baru merasakan perih. Motor yang jalannya miring, saya paksa untuk mengantarkan saya pulang.
Pengendara lain
Sebelum saya terjatuh, saya sempat merasakan sedikit ada dorongan dari belakang, sehingga ban belakang slip, apa pemotor belakang saya sempat sedikit menyerempet? Dan itu pemotor yang di belakang yang membantu saya bangun karena kaki terjepit knalpot.
Pemotor depan saya sempat kembali ke jalur kiri setelah melewati jalan yang rusak ini. Karena inilah saya melakukan pengereman, bukan hanya mengurangi kecepatan dengan melepas tuas gas. Saat terseret saya sempat berdoa agar hanya saya saja yang jatuh. Karena kepala saya hampir mengenai ban belakangnya pemotor tua depan saya yang hanya berjarak satu inchi. Dan pemotor ini tetap melaju jauh walaupun saya terjatuh.
Kesimpulan
Walaupun saya terluka, tetapi saya bersukur karena telah mengambil keputusan yang tepat. Tidak melukai pengendara lain, hanya karena hal kecil. Karena saya belajar dari pengendara lain yang hampir tertabrak atau membuat dirinya tertabrak gara-gara menghindari pengendara yang melawan arus.
Bayangkan jika tertabrak, luka yang lebih parah bisa saya dapat. Mengapa saya katakan keputusan yang tepat? Karena ketika dari kejauhan saya melihat jalan rusak tersebut saya melakukan pengamatan. Saya sudah memperhitungkan kemungkinan, atau skenario terparah yang akan terjadi jika saya mengambil keputusan. Dan itulah satu dari banyak skenario yang saya ambil, dengan resiko yang paling sedikit.
Entah apa singkatanya saya lupa tapi seperti ini saya rawat lukannya. 3x sehari kompres luka memar dengan air es. Untuk menghambat darah, dan meringankan memar. Angkat luka yang parah lebih tinggi dari jantung. agar aliran darah tidak terlalu cepat pada luka memar. Istirahat, dengan tidak melakukan banyak aktivitas. Atur makanan agar mempercepat pemulihan. Keempat hal tersebut dapat di sebut RISE (Rest, Ice, Sleep, Eat). Dan tanpa obat luka, kaki saya bisa sembuh dalam waktu seminggu. Alhamdulillah.
- Ban yang tidak layak pakai dan gampang selip.
- shockbreaker yang seharusnya meredam benturan, malah menjadi kursi lontar. Biaya untuk mengganti part tersebut tidak lebih dari 500rb. Tetapi waktu itu saya belum memiliki uang untuk memperbaikinya.
- biaya membengkak pasca kecelakaan. Hal sepele yang diabaikan menjadi musibah.
0 Komentar