MAP #1: Belajar dari Riding Pertama
:max_bytes(150000):strip_icc()/GettyImages-86287492-59484c545f9b58d58a1c15f9.jpg)
Bulan maret kabar
Coped19 muncul di kota saya, mulailah tiap hari, 24 jam, isinya berita tentang wabah tersebut hingga
saya muak. Saya ambil libur kerja, paginya saya service Xeon RC agar tetap pada
top performa, karena saya akan melakukan perjalanan cukup jauh. Jam 4 sore motor sudah siap untuk diajak
berpetualang. Karena ini perjalanan pertama saya, saya coba untuk menempuh
jarak 60km. Perjalanan ini saya lakukan sendirian, dengan berbekal smartphone
dan aplikasi google maps. Dilain itu, hanya berbekal air minum, karena sudah
makan sebelumnya. Tak lama kemudian saya sudah berada dijalan.
A-B. Awal
perjalan tidak terlalu menarik karena rute ini biasa saya tempuh ke kantor.
B-C. Jalan ini
mulai menarik perhatian karena saya biasa riding di jalan datar, sekarang
kondisinya berubah dengan ketinggian yang gampang beruba-ubah, begitu juga
dengan temperatur. Sarung tangan tipis saya membuat tidak nyaman saat
temperatur rendah. Ketidaknyamanan merusah keindahan sore hari di area
perbukitan. Lalu timbullah gejala yang sempat membuat saya berfikir. Berfikir
untuk tetap tenang. Tangan mulai kaku dengan sedikit gemetaran, paru-paru mulai
berkerja keras, dan kepala mulai pening. Akhirnya saya berhenti sebentar untuk
menenangkan diri. Pertanyaan yang muncul mengenai gejala ini adalah, apakai
saya mulai dehidrasi? Diambillah air minum dan habiskan setengahnya.merasa
baikan saya melanjutkan perjalanan.

Tidak lama
kemudian jalan mulai menanjak karena saya masih diarea perbukitan. Dalam
perjalanan musik yang saya dengarkan melalui headset mulai sunyi, dan telinga
mulai tuli karena saya fokus pada masalah yang sama timbul kembali. Saya
berfikir mungkin ini AMS, gejala sakit pada ketinggian tertentu. Didukung
dengan pengalaman saya dulu diajak teman hiking kesalah satu perbukitan, yaitu
[nama bukit]. Akhirnya saya berhenti sebentar dan menghabiskan bekal saya.
Langit mulai gelap, tanda hari telah usai. Saya harus melanjutkan perjalanan.

C-D. Semua
gejala aneh tadi hilang seketika ketika saya kembali ke dataran rendah, seperti
tidak ada masalah sama sekali hingga perjalanan pulang ke rumah. Rute ini,
tidak terlalu menarik karena ya jalan perkotaan yang tidak menarik tapi harus
selalu awas.
Esok harinya
saya harus istirahat lagi, karena tubuh mengalami shock, sebab ini pertama kali
perjalanan jauh dan memakan waktu yang lama. Jadi tubuh mulai adaptasi.
Pelajaran yang saya dapatkan dari petualangan pertama saya adalah sebagai berikut:
Persiapan
matang. Bawalah bekal
sedikit lebih dari yang diperlukan, karena dijalan belum tentu perjalanan akan
mulus. Jika terjadi sesuatu maka bekal extra adalah penolong pertama. Buatlah
catatan apa saya yang diperlukan dan rencanakan sehari atau seminggu
sebelumnya. Pilihlah waktu dan rute yang baik, saya sarankan untuk tidak riding
sampai malam hari, terutama bagi rider yang suka dengan warna gelap / hitam.
Selain itu pilihlah tempat-tempat istirahat yang tepat. Jangan lupa bawa
toolkit.
Motor dalam
Keadaan Prima. Tentu siapa
yang mau motornya mogok di tengah jalan yang jauh dari bengkel. Atau sampai
terjatuh saat riding karena ada bagian dari motor yang malfungsi. Atau bahkan
saat menghadapi kondisi jalan yang tidak menentu motor tak mampu. Jadi service
keseluruhan motor, pastikan semuanya bekerja secara baik. Jangan anggap remeh
motor yang dipakai harian tanpa service tidak masalah, tapi saat menempuh
perjanan jauh motor tiba-tiba mati. Saya pernah mengalaminya, sialnya hari
sudah malam bengkel sudah tutup. Tapi untuk karena hanya pengapian yang macet,
dan temperatur mesin terlampau panas, jadilah satu jam istirahat.
Rider harus
siap. Sebuah
kesalahan besar jika tiap hari anda pakai motor, dan anda pikir mampu untuk
menempuh jarak jauh. Jadi meski anda tempuh tiap hari 30 menit, tapi perjalanan
jauh bisa 1 jam lebih. Jangan anggap remeh mengenai stamina anda, meskipun anda
hanya duduk di jok motor. Faktor lingkungan sangat berpengaruh banyak dalam
menguras tenaga anda dengan memberikan situasi yang membuat anda tertekan
(stress).
Dalam kasus
saya, meremehkan AMS dan tubuh saya belum terbiasa dengan dataran tinggi. Bahwa
pada dataran tinggi udara menipis, karena asupan oksigen yang kurang dapat
membuat sakit kepala. Dan saya mengambil keputusan yang tepat untuk segera
pulang. Untuk solusi AMS, yang saya dapatkan dari diskusi di forum MCRider.com,
yaitu adalah membiasakan tubuh untuk beradaptasi, dengan sering riding di
daerah dataran tinggi. Dengan begitu sendirinya anda akan tahu solusi dengan
masalah tersebut.
KM vs Waktu. Meskipun di
Google maps menunjukan lama tempuh perjalanan 1 jam, bisa menjadi 3-6 jam.
Karena di jalan lalu lintas tidak bisa diprediksi, dan dengan kondisi jalan
yang tidak menentu seberapa baik skill anda mengatasi situasi tersebut.
Jangan remehkan
jarak tempuh, keinginan anda mungin 100km, tapi belum tentu tubuh rider dan
motornya dapat melakukannya. Rider mungkin hanya duduk di motor, tapi kondisi
yang berubah-ubah secara cepat saat di jalan, dapat menguras tenaga, dan pikiran.
Berbahaya jika rider kelelahan, dehidrasi, dapat pingsan, yang ditandai dengan
menguap, dan jika diabaikan akan terjadi lakalantas. Itu yang paling sering
terjadi di malam hari. Dari segi motor dengan mesin yang terus bekerja/,
meninmbulkan panas. Untuk motor yang pakai air radiator mungkin lebih tahan
lama dari pada tidak memakainya. Jadi walaupun begitu, berikan waktu istirahat
untuk motor agar mesin tidak mati saat di tengah jalan karena mencapai titik
panas maksimum.
Post a Comment